Kamis, 28 Desember 2017

Pria Yang Sudah Selesai Dengan Dirinya VS Wanita Insecure




your image
Pic source from Google



Suatu kali saya tertarik dengan sebuah tulisan yang di-share oleh teman saya di facebook. Judul tulisan itu adalah "7 Akibat Jika Wanita Insecure Memaksakan Menikah" karya Jose Aditya, Love Coach. Di dalam tulisan itu terdapat link tulisan beliau yang lain yang lagi-lagi menarik perhatian saya, judulnya "Tips Memilih Pria Yang Tepat".


Tapi ternyata "Tips Memilih Pria Yang Tepat" adalah tulisan yang seharusnya saya baca pertama kali, kemudian bersambung ke "7 Akibat Jika Wanita Insecure Memaksakan Menikah". Sehingga dapat terlihat kesinambungan dari kedua topik dalam tulisan itu, yaitu mengenai psikologis lawan jenis yang kita pilih untuk menjalani hubungan ke jenjang yang lebih serius. 


OKE!

Disini saya ingin merangkum tulisan Jose baik yang pertama maupun yang kedua. 


Tulisannya yang pertama berjudul "Tips Memilih Pria Yang Tepat". Dalam tulisannya itu, Jose Aditya menyarankan agar para wanita memilih pria yang sudah "selesai" dengan dirinya.  Ia juga menyebutkan bahwa percaya atau tidak, banyak wanita yang tertipu dengan ASUMSI "Ah..nanti kalau sudah nikah juga berubah". Padahal perubahan karakter tidaklah semudah itu. Lalu mengapa wanita sebaiknya menikahi pria yang sudah "selesai" dengan dirinya sendiri? Jawabannya adalah...


Supaya, setelah kamu menikah nanti, kamu nggak sibuk membenahi hidup pasanganmu yang masih berantakan. Bayangkan, kamu menikah dengan pria yang masih bingung menentukan arah hidupnya. Tidak punya goals yang ingin dia capai, masih belum becus me-manage emosi, finansial, dll. Sadar nggak sadar, banyak wanita ingin jadi pahlawan bagi prianya, namun faktanya mereka sedang menjerumuskan diri pada hubungan yang tidak sehat.

Yakin, kuat "berdarah-darah" pasca menikah? -__-"


Jadi, pastikan pria yang akan kamu PILIH nanti, sudah "selesai" dengan dirinya sendiri.


Lalu, seperti apa ciri-ciri pria yang sudah "selesai" dengan dirinya sendiri? Kurang lebih seperti ini:

-. Sudah jelas tahu tujuan hidupnya.
-. Punya goals yang ingin dicapai.
-. Sudah beres "move on" dari barisan para mantan.
-. Mandiri secara finansial (tidak minta-minta ortu).


NAH!

Kemudian dalam tulisannya yang  kedua, yaitu "7 Akibat Jika Wanita Insecure Memaksakan Menikah", Jose menggambarkan bahwa wanita insecure memiliki karakteristik yang kurang lebih seperti ini :

-. Merasa tidak layak mendapatkan pasangan yang baik.
-. Merasa "kotor" karena trauma masa lalu yang belum selesai.
-. Merasa kurang cantik, kurang seksi dan kurang PD dengan ukuran tubuhnya.
-. Mudah curiga pada pasangan.
-. Takut dikhianati dan ditinggalkan.
-. Cenderung posesif.
Yang kemudian bisa mengakibatkan hal-hal berikut ini bila ia memaksakan untuk menikah :


1. SANGAT SULIT HIDUP BERSAMA WANITA INSECURE

Perubahan mood yang konstan bisa membuat pria nggak betah berlama-lama dirumah bersama wanita insecure. Disatu sisi ia adalah wanita manis dan baik-baik tapi disisi lain, sikapnya mendadak tidak seperti wanita yang pria ingin nikahi. Jika kamu adalah wanita insecure, besar kemungkinan pada akhirnya, kamu menemui pasangan jarang pulang, lebih nyaman berada diluar atau memutuskan lebih lama dengan pekerjaannya karena dia benar-benar tidak tahan denganmu. Atau ketika ada hal yang terjadi diluar ekspektasi, pria memilih tidak banyak bicara akibat sang wanita yang tidak bisa mengontrol responnya, seperti memaki, amarah tanpa kendali, pergi tanpa kabar tapi berharap dikejar, dan sebagainya. Sikap seperti ini bukan hanya membuat pasangan menyerah dengan hubungan kalian tapi juga membuat ia berpikir: Apakah ia sedang menikahi wanita yang “sakit”?



2. WANITA INSECURE HOBI MENYALAHKAN PASANGAN ATAS PERASAANNYA SENDIRI

“Aku marah gara-gara kamu!”“Aku sedih gara-gara kamu!”“Aku begini karena kamu!”“Pokoknya semua karena kamu!!!”

Yes. Mayoritas wanita insecure tidak bertanggungjawab atas perasaannya sendiri. Lebih mudah (dan nikmat) bagi mereka untuk menyalahkan pasangannya.


3. PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN YANG SEHAT AKAN TERDISTORSI

Wanita insecure sangat mudah menjadi paranoid. Dan celakanya, jika ia belum menyelesaikan masalah insecurity-nya sebelum menikah, persepsi tentang pernikahan yang sehat akan terdistorsi. Bahkan untuk hal-hal baik atau normal yang dilakukan pasangan bisa jadi pemicu drama rumah tangga. Jika pasangan lupa memberi kabar, ia marah-marah menuduh ada wanita lain. Jika suami memberi pujian, ia berpikir jangan-jangan si pasangan lagi ada maunya. Saat pekerjaan rumah dibantu oleh pasangan, ia mencurigai pasangan sedang bersikap manis karena sedang menyembunyikan sesuatu.

The worst part is, mereka sendirilah yang menciptakan drama-drama tersebut.


4. MUDAH MARAH UNTUK HAL-HAL SEPELE

Misalnya kamu minta tolong pada pasangan untuk merapikan tempat tidur, namun ia tidak segera melakukannya. Lalu kamu marah hebat dan alih-alih memperlakukannya sebagai suamimu, kamu memperlakukannya seperti bawahan atau anak kecil.

Ini benar-benar kacau!


5. PERSEPSIMU TENTANG HUBUNGANNYA DENGAN WANITA LAIN AKAN TERDISTORSI

Adalah sebuah kewajiban bagi setiap pasangan untuk menjaga sikap terhadap lawan jenis. Namun bagi seorang wanita insecure, hubungan lawan jenis yang dilakukan pasangannya bisa memicu banyak hal yang tidak diinginkan terjadi. Bahkan melihat pasangannya mengobrol dengan wanita lain, persepsinya bisa macam-macam.


6. MENDAPATKAN KENYAMANAN DALAM PERTENGKARAN

Disadari atau tidak, pertengkaran, drama dan adu mulut dianggap hal biasa. Bahkan ditingkatan yang sudah parah, disaat hubungan sedang baik-baik saja, wanita insecure akan mencari-cari alasan untuk bertengkar. Karena pertengkaran adalah hal normal baginya. Hmmm… sampai sini sudah terlihat cukup mengerikan, bukan?



7. PERNIKAHANNYA TIDAK BERTAHAN LAMA

Setelah apa yang sudah kamu baca dari poin 1 hingga poin 6, coba bayangkan bagaimana kondisi mental si pasangan dari wanita insecure ini? Apalagi jika si pria mengalami ke-6 situasi tersebut sekaligus, bukan kombinasi, bukan setengahnya, tapi semuanya! 
Bagi orang normal dan sehat akal, mungkin awalnya berusaha menyelamatkan pernikahan mereka. Atau setidaknya mencoba bernegosiasi dengan tabiat buruk si wanita insecure. Hanya saja, kesabaran seseorang ada batasnya betul? :)
Karena kesetiaan bukanlah tidak melakukan apa-apa ketika dirinya disakiti. Maka bagi mereka yang tidak segera menyelesaikan masalah insecurity-nya namun tetap memaksakan menikah, pernikahan yang tidak bertahan lama adalah konsekuensi yang akan mereka hadapi.


YUP!

Begitulah kurang lebih apa yang digambarkan oleh Jose Aditya di dalam tulisannya. Dan saya setuju.
Kedua tulisan itu mengingatkan saya akan orang-orang di sekitar saya yang memiliki karakteristik mirip dengan apa yang Jose gambarkan dalam tulisannya dan kemudian mengilhami saya untuk membuat tulisan ini.
1. Bayangkan kamu menikah dengan seorang pria yang masih saja terus memantau bagaimana kabar mantannya, atau kamu didekati pria yang ternyata masih memiliki pacar, lalu kamu dan juga pacar pria itu hanya dijadikan cadangan. Di kehidupan sehar-hari banyak sekali pria yang rela berbohong dan obral janji palsu hanya karena tidak tahan jadi jomblo lama-lama. Beberapa orang yang saya kenal bahkan mencari lawan jenis yang berpotensi untuk dipacari tanpa memutuskan hubungannya terlebih dahulu dengan pacarnya saat ini. Setelah ia memastikan incarannya menerima cintanya, barulah si pacar dia putuskan. Wanita sudah seperti ban serep. PARAH!
2. Ada juga pria yang kuliah dan bekerja di tempat yang orang tuanya suruh, tidak punya kemauan sendiri dan tidak tahu minat bakatnya ke arah mana. Mau jadi karyawan kantoran syukur, jadi dokter syukur, jadi arsitek syukur, jadi pengacara syukur, gimana papa mama aja. Kalau bisa yang masuknya mudah dan ada koneksi lebih bagus. Ingin yang pekerjaannya paling mudah tapi gaji paling tinggi. Tidak punya pendirian, tidak punya prinsip dan Money oriented.
3. Punya perangai buruk, royal pada teman-teman, padahal pakai uang ortu, semua fasilitas juga pemberian ortu, tapi tidak dijaga dengan baik. Bahkan malam minggu dengan pacar pakai mobil ortu dan uang dari ortu. Kalau dia minta sesuatu harus diberi hari ini, giliran untuk urusan ortu dinanti-nanti. Tidak mandiri, kewajiban dan kebutuhannya seperti solat, makan, bangun tidur, mengerjakan tugas dll masih harus diingatkan. Kadang sifatnya kekanak-kanakan, menganggap sesuatu yang wajar menjadi tidak wajar, dan menganggap remeh sesuatu yang penting bagi orang lain. Norma-norma dan segala aturan dia langgar. Lebih menomorsatukan teman daripada keluarga. Tidak tegas dan bisa disetir pacar. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa pria ini nantinya bisa disetir istrinya. Bahkan ada yang sampai uang gajinya setiap bulan saja istrinya yang pegang semua, sedangkan ia bahkan tidak membawa sepeser pun kemana-mana, padahal dikantor jabatannya sudah tinggi. Tapi di rumah tidak ada wibawa sebagai pria, sering diremehkan. Atau malah terlalu sombong dengan kemampuannya, prestasinya, bibit, bebet, bobotnya, mental ndoro, ingin dilayani, dan membeda-bedakan status. Bisa jadi nanti ia akan mengkotak-kotakkan tugas suami dan tugas istri dan tidak mau tahu kesulitan istri.
4. Menjalani kehidupan tanpa tujuan, tidak punya cita-cita dan mimpi. Sudah berumah tangga tidak ada niat membawa keluarga hidup lebih baik. Tidak ada perubahan yang signifikan dengan karirnya, tabungannya, dan investasinya. Tidak ada semangat giat menambah pengetahuan dan mengulik ilmu baru. Stuck disitu-situ saja. Tidak tahu bagaimana memberi contoh dan mendidik anak. Semua diserahkan pada istrinya karena tugas istri di rumah mengurus anak, sedangkan dia hanya harus bekerja mencari nafkah. Tidak ada keinginan membina generasi penerus agar jadi orang yang sukses dan bisa diandalkan di hari tua.
Sebagai calon kepala rumah tangga yang baik dan menjadi idaman istri, kamu harus menjadi "pria yang tepat", dan menjadi pria yang tepat, kamu harus sudah "selesai" dengan diri kamu sendiri dan segala urusan seperti yang digambarkan diatas. Bila kamu belum selesai dengan segala urusan diri sendiri, jangan pernah coba-coba ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi untuk menerima tanggung jawab yang lebih berat. Ada baiknya biasakan untuk introspeksi diri terlebih dahulu, agar nanti setelah jadi kepala keluarga, kamu tidak langsung menimpakan setiap kesalahan pada istri dan anakmu, karena kamu adalah KEPALA-nya. Di dalam kepala terdapat otak yang berfungsi sebagai penggerak anggota tubuh lain. Jadi, bila kepalanya sakit, maka sudah bisa dipastikan anggota tubuh lain pun tidak akan bisa bekerja sebagaimana mestinya dan malah bisa jadi ikut sakit. 

Ada baiknya untuk para lelaki diluar sana yang sudah kena "todong" calon mertua untuk segera menikahi anaknya, dilihat dulu ke dalam dirinya masing-masing, apakah kriteria suami yang baik sudah terbentuk dan sudah ada pada dirinya atau belum. Bila belum dan dirasa masih butuh waktu untuk kesana, tidak ada salahnya menolak permintaan calon mertua. Beri beliau alasan yang masuk akal secara halus untuk meyakinkannya. Jika tidak berhasil, ingatlah, semakin akhir zaman jumlah perempuan akan lebih banyak daripada laki-laki. Tidak perlu takut. Hilang satu bisa tumbuh seribu hehe. Daripada kamu hilang satu kesempatan untuk memantaskan dan mematangkan dirimu, yang bisa memicu tumbuhnya seribu masalah di masa depan yang levelnya belum mampu kamu hadapi dengan kualitas dirimu yang sekarang. 
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya, ternyata bukan hanya pria yang harus "selesai" dengan dirinya. Wanita juga HARUS "selesai' dengan segala urusan tentang dirinya sebelum berencana untuk menikah. Karena bila tidak, masing-masing hal yang tidak selesai itu bisa berpotensi menghancurkan rumah tangga mereka.     
Insecure itu apa sih? 

-. Pengertian Insecure kurang lebih yaitu "tidak aman". Wanita yang insecure bisa dibilang memiliki kekhawatiran dalam dirinya. Selalu ada ketakutan dalam dirinya bahwa posisinya tidaklah aman. Apalagi jika berhubungan dengan pasangannya.


Saya sering melihat di sekitar saya terdapat beberapa orang yang punya kecenderungan insecure. Berikut ini adalah beberapa contohnya dalam kehidupan sehari-hari : 


1. Mereka cenderung bereaksi secara berlebihan, drama, bahkan bersikap seperti mereka orang yang paling malang di dunia saat moment-moment sedih terjadi di hidup mereka. Misalnya saat ayah mereka meninggal dunia. Mereka membuat gambaran seolah ketika ayah mereka sudah tidak ada, mereka kehilangan sosok pria dewasa "tempat mereka bergantung", terutama bila si wanita sudah terdidik manja dan amat sangat bergantung secara finansial kepada ayahnya. Tapi yang lebih buruk, ada pula yang hanya menjadikan moment ini sebagai alasan untuk memuaskan perasaan insecure-nya dan menjadikan moment ini sebagai "kesempatan" untuk menimpakan tanggung jawab itu kepada pacarnya yang tidak kunjung jua menikahi dia walau sudah didesak sekalipun. Bahkan ada pria yang sampai ditodong untuk menikahi pacarnya di depan jenazah sang ayah. Sungguh suasana yang "jomplang" sekali, antara perasaan sedih kehilangan ayah dan perasaan bahagia dengan moment pernikahan. Saya heran dan berpikir "apa sebenarnya yang mereka rasakan saat melakukan proses ijab qobul di depan jenazah sang ayah?". Kalau saya jadi si wanita, tidak mungkin terbersit keinginan untuk menikah saat itu juga. Saya mungkin akan kebingungan saat berlinang airmata, apakah itu airmata kesedihan atau airmata bahagia? Dan pacar saya pun pasti bingung saat kena todong. Tidak mungkin bisa mencampuradukkan perasaan itu dalam satu moment. Tapi wanita insecure bisa dan justru senang melakukannya, karena dia merasa kapan lagi bisa dapat moment yang tepat seperti itu.



2. Mereka yang insecure biasanya terindikasi ingin menikah buru-buru tanpa alasan yang jelas dan pemikiran yang matang, apalagi bila sudah disertai dengan desakan yang agak mengancam, misalnya "kalo kamu nggak cepet-cepet nikahin aku, nanti aku keburu diambil orang lho", "kamu serius nggak sih sama aku?" atau "kata ortu aku kalo kamu nggak cepet nikahin aku, aku mau dijodohin sama orang lain, jangan nyesel ya". Pada akhirnya keinginan untuk menikah bukanlah suatu keputusan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Biasanya pihak wanita insecure terkesan lebih dominan, agresif, ingin menguasai dan gencar mendesak. Apalagi bila dari pihak pria tidak ada ketegasan. Alasan wanita insecure mendesak untuk dinikahi hanyalah untuk kepuasaan dirinya sepihak, seperti adanya kekhawatiran pria incarannya akan direbut wanita lain bahkan balikan lagi dengan mantannya, baper dan mupeng melihat teman sebayanya yang sudah mulai menikah satu persatu, atau ingin hidup enak dinafkahi saja tanpa harus repot bekerja. Bukan karena mereka sudah mandiri secara finansial, tidak merepotkan orang tua lagi, sudah memiliki kepribadian yang matang, dewasa dalam pemikiran dan benar-benar siap lahir batin untuk menikah. 


3. Hidup dalam kehaluan. Mereka mati-matian ingin terlihat bahwa pernikahan mereka bahagia. Mengumbar kehidupan pribadinya, saat liburan mewah romantis, kemudian hadiah mahal dari sang suami diunggahnya diiringi dengan kata-kata manja "terimakasih ya sayang kadonya, aku suka...bla..bla..bla plus emoticon kecup" walau tidak pernah dikomentari balik oleh sang suami. Hingga secara mengejutkan tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba di akun medsos sang suami terunggah foto mesra dengan caption puitis yang selama ini tak pernah dilakukannya. 
Meskipun kenyataannya berbanding terbalik dengan setiap foto yang diunggah dan teman-teman mereka sendiri pun tahu siapa yang terlihat "lebih mencintai" siapa, sedangkan sang suami bukanlah sosok orang yang romantis yang mampu mengunggah foto dengan caption seperti itu, biasanya akan mudah mengundang komentar orang lain dengan nada yang meragukan dan menyindir. Karena orang-orang tidak mudah percaya dengan apa yang mereka lihat, apalagi jika mereka tahu keadaan sebenarnya. Tapi wanita insecure tidak pernah putus urat malu walau harus memaksakan keadaan dan orang lain tak percaya. Bagi mereka yang insecure, mereka harus mendapatkan PENGAKUAN orang lain terutama mantan-mantan sang suami bahwa dialah sang pemenang yang berhasil menaklukan pria itu.


4. Bagi pasangan yang keduanya sama-sama bekerja, tetapi karena si istri adalah tipe wanita insecure, rasa cemas tetap ada. Misalnya takut jika quality time mereka berkurang karena hanya bisa bertemu di pagi hari sebelum pergi ke kantor dan malam hari saat pulang pun waktunya berbeda. Misalnya karena sang suami harus lembur tetapi dia takut jika suami bukannya lembur tapi malah kelayapan dengan teman wanita di kantor. Walau setiap orang tahu sebagai karyawan kantoran, mereka harus loyal pada perusahaan dan pasti akan disibukkan dengan pekerjaan. Tapi wanita insecure tidak bisa menerima itu. Baginya jam masuk kantor itu jam 8 pagi dan pulang kantor itu HARUS jam 5 sore. Akibatnya si wanita insecure tidak akan keberatan bila dia yang harus capek-capek mendatangi kantor suaminya, meskipun wanitalah yang seharusnya menunggu dijemput. Karena wanita insecure lebih tidak rela jika sang suami pulang sendiri mampir kesana kesini terlebih dahulu dengan teman apalagi sampai harus mengantar pulang teman wanita. Yang lebih buruk lagi bila si istri tidak bekerja dan seharian hanya dirumah, dia akan selalu bertambah curiga, menelepon suaminya setiap saat, bertanya lagi apa, ada dimana dan mendesak agar cepat pulang. Biasanya wanita insecure adalah mata-mata terbaik. Ia pasti kenal dekat dengan teman-teman suaminya, punya nomor telepon mereka, dan berteman dengan mereka di medsos, tujuannya adalah untuk memantau keberadaan suaminya, apakah suaminya benar jujur atau bohong. Tidak jarang bila weekend sang suami ada kerjaan lembur, si istri rela ikut ke kantornya, bila perlu ia bawa juga anaknya serta. Bahkan mungkin bila bisa menjadi bayangan sang suami, sepertinya ia pun rela menjadi bayangan, demi bisa menempel dan mengikutinya kemanapun. Pada akhirnya si pria lama kelamaan akan semakin gerah dengan tingkah laku istrinya yang tak pernah memberi ruang dan kepercayaan. 


      
5. Pria yang menikah atas dasar desakan biasanya akan mudah kehilangan perasaannya, karena dia menikahi istrinya tanpa kesungguhan dan perjuangan. Maka dari itu para wanita insecure biasanya akan memaksakan diri harus punya KETURUNAN secepat mungkin. Ada ketakutan bila sang suami sudah "hilang selera" pada mereka, setidaknya mereka punya anak yang bisa dijadikan "tameng" untuk mengekang dan mengendalikan sang suami. Biasanya mereka mulai berpikir untuk menjadikan anak sebagai alasan agar suami bisa cepat pulang tepat waktu dari kantor. Apapun harus dilaksanakan dengan dalih "demi anak". Ingin liburan demi anak, belanja demi anak, makan di luar demi anak. Padahal semua aktifitas itu belum tentu kemauan sang anak itu sendiri. Tapi bila sang suami menolak, mereka pun tak segan untuk membuat imej sang suami seperti ayah yang buruk bila tidak mau menuruti segala keinginannya. Tak jarang wanita insecure senang menjelekkan suami mereka dan playing victim dihadapan mertua, saudara-saudara dan teman-temannya untuk mencari pembelaan. Padahal tugas istri adalah untuk menjaga kehormatan suami dan tak perlu mengumbar masalah rumah tangganya ke hadapan publik. Tapi wanita insecure selalu tahu cara untuk menyudutkan suaminya, meskipun semua orang jadi tahu aib rumah tangganya. Lalu yang paling menyebalkan adalah ia tidak segan menjelekkan suaminya didepan anaknya sendiri, sehingga membuat anak berkubu, membenci ayahnya dan memilih ibunya.


6. Yang terakhir, sebagai seorang pria yang menikahi wanita insecure, jangan harap kamu akan punya "me time" / waktu untuk dirimu sendiri. Kalian akan dianggap sebagai pria yang tidak mementingkan keluarga bila weekend lebih memilih untuk nobar sepakbola, temu teman atau sekedar melakukan hobi. Segala password akun medsos dan handphone pun harus dibagi dan jangan harap bisa menyimpan rahasia disana. Jangan lupa agar selalu mengisi penuh baterai handphone, karena bila istrimu adalah wanita insecure, ia akan cemas dan bisa marah besar bila tidak mengetahui kabarmu. Bisa-bisa teman-teman kamu malah jadi sasaran interogasi yang empuk. Hidup kalian akan terpantau 24 jam penuh seperti layaknya rumah dengan sistem cctv yang canggih. 


KEMUDIAN BAYANGKAN


Bagaimana bila seorang pria yang belum "selesai" dengan dirinya bertemu dengan wanita insecure?

Lalu bagaimana mental anaknya?

TT__TT Membayangkannya saja pasti akan sangat menyakitkan banyak pihak (orang tua, mertua, anak), karena urusan yang belum "selesai" dari setiap pribadi masing-masing, akan berakibat fatal jika tidak diperbaiki sebelum menikah dan jika memaksakannya maka akan merembet kemana-mana. Pantas saja Islam selalu mengajarkan untuk "perbaikilah diri kalian, maka niscaya jodoh kalian pun di luar sana sedang memperbaiki dirinya". Tak jarang orang yang selalu memperbaiki dirinya, akhlaknya, ibadahnya, hubungannya dengan tuhannya, orang tuanya, orang lain, dan makhluk lain, pasti akan dipertemukan dengan jodohnya yang terbaik di waktu terbaik yang tidak disangka-sangka. Karena jodohmu adalah cerminan dirimu. Jangan pernah menuntut ia berubah lebih baik untukmu bila kamu pun tak sudi untuk berubah jadi lebih baik. 

Namun dari semua hal yang telah dibahas diatas, meskipun tampaknya sangat menyebalkan bila bertemu dengan pasangan seperti itu dalam hidup ini. Kita juga tidak perlu jadi takut untuk membangun sebuah hubungan dengan seseorang. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Mau dicari kemanapun, ke ujung dunia sekalipun, kita tetap tidak akan pernah menemukannya. Namun kita bisa memilih dan menyeleksi seseorang yang sekiranya kekurangannya masih bisa kita tolerir dan bukanlah sesuatu yang utama dan penting untuk diubah. Karena kita akan menghabiskan separuh perjalanan hidup kita dengannya, maka hendaklah pilih seseorang yang bisa menjadi partner yang mengasyikkan untuk melewatinya.  

Bukan Berarti



your image
Pic source from Google



BUKAN BERARTI...


Ya, bukan berarti
Bukan berarti orang yang berkoar-koar dan pintar berdebat itu berani
Bukan berarti orang yang sulit meminta maaf itu benar
Bukan berarti orang yang gaul itu bisa merendahkan orang lain
Bukan berarti orang yang banyak teman itu lebih bijaksana
Bukan berarti orang yang sering bersosialisasi itu berpikiran terbuka
Bukan berarti orang yang sering ngobrol dan sharing itu tahu segalanya
Bukan berarti orang yang sering shopping, liburan dan hidup mewah itu bahagia
Bukan berarti orang yang sering menemui masalah di kehidupannya selalu belajar
Bukan berarti orang yang terlihat manis di luar itu memiliki tata krama


Dan 


Bukan berarti orang yang diam itu takut
Bukan berarti orang yang meminta maaf duluan itu salah
Bukan berarti orang yang banyak diam di rumah itu kuper
Bukan berarti orang yang jarang shopping dan liburan itu tidak punya uang dan tidak bahagia
Bukan berarti orang yang jarang kongkow dengan teman itu tidak punya teman
Bukan berarti orang yang jarang sharing dengan orang lain pikirannya tidak terbuka
Bukan berarti orang yang jarang ngobrol tidak bisa mendapat informasi
Bukan berarti orang yang jarang bermasalah dengan orang lain itu tidak pernah belajar
Bukan berarti orang yang memperhatikan hal-hal sepele itu membesar-besarkan masalah


Dari ilustrasi di atas apa yang bisa kita cermati?

Ya ini tentang 2 sosok dengan kepribadian yang berbeda.

Tuhan memang menciptakan manusia dengan beragam rupa, sifat, perilaku dan kepribadian. Kehidupan yang Tuhan berikan pun dijalani dengan pola pikir dan cara mereka masing-masing. Tapi sangat menyebalkan bila ada salah satu yang merasa paling benar dalam menjalani hidup dengan menyepelekan yang lain.


*Pribadi sosok di ilustrasi pertama

Orang yang pintar berdebat bukanlah orang yang berani..., berani mengakui kesalahannya. Mungkin dia memang berani tapi dalam artian berani adu mulut walau akhirnya menang, dia tetap jadi arang. Orang yang dia kalahkan pun tetap tak akan respek padanya, karena nafsu menjatuhkan lawannya hingga tak lagi mementingkan pendapat dan perasaan lawan bicaranya. Padahal suatu keadaan dari sudut pandang orang yang berbeda itu bagaikan 2 sisi mata uang koin, tergantung darimana arah kita memandangnya. Dalam islam pun sebenarnya juga melarang orang mukmin untuk debat kusir. Karena tidak ada manfaatnya. Belum tentu orang yang diajak bicara bisa langsung mengerti sudut pandang kita, karena dia juga memiliki opini yang dia anggap benar. Satu-satunya cara untuk membungkam mulut orang yang pintar berdebat dan berkoar-koar hanyalah pembuktian di kehidupan nyata melalui cara hidup kita dan kebaikan yang kita dapatkan dari cara hidup kita itu. Karena jika kita tetap bisa hidup dengan baik, dengan cara yang baik lalu menghasilkan sesuatu yang baik, maka itu menjadi bukti bahwa pendapat kita benar tanpa perlu berkata-kata namun beraksi nyata. 


Sudah bisa dipastikan bila dia tidak berani mengakui kesalahannya, selanjutnya pasti akan sulit baginya untuk meminta maaf. Kalaupun kata maaf keluar dari mulutnya, pasti akan disertai dengan pembenaran-pembenaran perilakunya. Orang yang gentle tidak akan pernah merasa berat mengakui kesalahan dan meminta maaf. Karena meminta maaf tidak selalu berarti kalah baginya. Melainkan dia menang melawan egonya.


Orang yang banyak bergaul, ngobrol dan sharing dengan orang lain, tidak lantas dia bisa menjadi pribadi yang superior, merasa paling tahu segalanya sehingga bisa merendahkan orang lain. Karena seharusnya bila dia memang lebih berwawasan luas daripada orang lain, bukankah seharusnya dia hidup seperti ilmu padi, "semakin berisi semakin menunduk", lebih bersahaja, hidup berhati-hati dan bijaksana. Tapi tidak semua orang masa kini nampaknya paham dengan arti kata bergaul. Gaul yang bagaimana dulu? Gaulnya dengan siapa? Gaulnya positif atau tidak? Karena pemikiran-pemikiran orang-orang yang bergaul dengan kita suatu saat akan menjadi pemikiran kita juga. Maka dari itu hati-hatilah dalam memilih teman sepergaulan. Karena teman bergaulmu adalah cerminan dirimu. Ngga mungkin kan orang mukmin soleh solehah bergaul dengan yang ibadah saja tidak, yang berkerudung saja tidak, yang gaya hidupnya saja hedonis, yang diobrolin seputar nyinyirin orang, hidup hanya berpusat pada seberapa banyak materi yang mereka dapat dan punya, lalu berlomba-lomba hidup bermewah-mewah tak ingin kalah satu sama lain. Jika ingin masuk surga maka bertemanlah dengan para ahli surga bukan dengan ahli neraka.


Hidup bermewah-mewah, melihat rumput tetangga selalu lebih hijau, iri ingin hidup seperti orang itu hingga menghalalkan segala cara agar bisa mendapat keuntungan, tidak sadar diri dengan kemampuannya, keinginan dan kebutuhan besar pasak daripada tiang, padahal rizki Allah yang menentukan. Sebanyak apapun dia mengambil air di lautan yang luas, tapi bila rizkinya hanya sebesar gelas, maka air yang terambil hanyalah sebesar gelas. Bila kekayaan dan jabatan adalah satu-satunya alasan agar hidup dipandang tinggi derajatnya, apakah lantas saat mati semua itu dibawa? Apakah dengan seluruh kekayaan itu dapat membeli pahala dan rahmat Allah untuk masuk ke surgaNya? Apakah puas dan rela hanya hidup bergelimang harta dan kesenangan duniawi yang sesaat tapi menderita di akherat karena dulu lupa terlalu semangat mengejar harta? Apakah waktu bisa diputar kembali, dengan cara dan di jalan apa kau habiskan hartamu? Apakah itu definisi bahagia?

   
Apalagi dari pengalaman yang dirasakan secara langsung, pelajaran dan hikmahnya pasti akan lebih terasa. Memiliki banyak kenalan bisa berarti banyak terbuka kesempatan baik, tapi juga membuka kesempatan terjadinya masalah baru yang harus dihadapi karena berurusan dengan berbagai macam pribadi orang. Seharusnya itu menjadikan orang yang pandai bergaul bisa belajar sebaik-baiknya karena lebih besar kemungkinan merasakan masalah secara langsung. Tapi ternyata tak semua orang yang pandai bersosialisasi itu belajar dari pengalamannya, bila dalam dirinya tak ada sifat mawas diri. Selamanya introspeksi hanya menjadi wacana dalam hidupnya. Seringkali mereka banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya yang tidak mengenakkan namun tak banyak juga yang mereka pelajari karena tak pernah introspeksi, sehingga mereka berpotensi untuk jatuh ke lubang yang sama berkali-kali.


Jatuh ke lubang yang sama berkali-kali adalah salah satu contoh akibat dari meremehkan hal yang sepele. Baginya sepele, tapi bagi orang lain belum tentu. Terkadang tampak manis bukan hanya harus di luar saja, kalau ternyata dalamnya pahit dan busuk. Contohnya adalah kejujuran. Hidup orang jujur walau pahit tapi aman. Hidup seorang pembohong walau saat ini dia selamat, suatu saat pasti terbongkar. Tidak semua orang yang manis bertata krama, bila hal sepele seperti kejujuran, mawas diri, menghargai, dan menghormati orang lain tidak ada dalam dirinya. Terkadang kita perlu memposisikan diri menjadi orang lain, agar kita juga tahu bagaimana perasaan orang itu bila kita melakukan sesuatu padanya. Bila kita merasa sedih, sama halnya dengan orang itu. Bila kita merasa senang, maka sama halnya pula dengan orang itu. Semua manusia punya respon yang sama terhadap rasa sedih dan senang. Jangan menyenggol bila tak ingin disenggol. Introspeksi dirilah sebelum playing victimSimple!

  
*Pribadi sosok di ilustrasi kedua

Orang yang tidak banyak bicara seringkali menyimpan banyak emosi di dalamnya tanpa orang lain ketahui. Dia memilih diam tak berarti acuh, takut ataupun tak peduli. Terkadang orang pendiam itu hanya malas berdebat dan sabar menunggu situasi yang tepat untuk bicara, bukan berarti hatinya juga tidak merasakan sakit. Namun sekalinya dia terusik cukup dalam, dia bisa saja mengeluarkan semua uneg-uneg yang selama ini dipendamnya tanpa peduli lagi dengan apapun. Namun disaat dia tahu lawan bicaranya bukanlah orang yang mau mengakui kesalahan, selalu mencari pembenaran dan selalu mencari kesalahannya, terkadang hal terakhir yang bisa dilakukan hanyalah dengan meminta maaf duluan. Bukan karena dia salah, bukan karena lawan bicaranya benar. Tapi karena dia tahu berdebat dengan orang yang selalu playing victim itu takkan pernah ada ujungnya. Dia hanya mengalah untuk menang.


Beberapa orang bilang "keluarlah, main dong, jangan di rumah terus, memangnya kamu nggak bosan?, nggak punya uang ya?, nggak punya teman ya?, banyak-banyak ngobrol, sharing biar nggak kaku, biar belajar menghadapi kerasnya kehidupan luar, hal sepele kenapa dibesar-besarin?"

  
Jangan pernah kamu tanyakan, semua orang pasti ingin hidup enak, mewah bergelimang harta, liburan, belanja-belenji, tinggal keluarin duit, semua barang bisa dibeli dan seolah tak punya masalah seperti kehidupan inces syahrini. Uang memang bisa membeli barang-barang, tapi takkan bisa membeli kepuasan manusia. Kodrat manusia selalu ingin lebih dan lebih lagi, takkan pernah ada habisnya. Jika kamu memang menganggap bahwa liburan, shopping dll adalah kebutuhan primer yang harus kamu lakukan setiap minggu, itu tidaklah sama dengan orang lain. Bagi mereka mungkin hal itu adalah kebutuhan nomor sekian dan bukanlah prioritas utama. Bila memang ada cicilan dan hutang yang harus didahulukan, bukankah lebih baik daripada shopping terus tapi hutang menumpuk? Hingga suatu saat kamu bisa saja terheran-heran, "darimana dia dapat mobil itu?, darimana dia dapat rumah itu? padahal hidupnya kelihatan sederhana, biasa-biasa saja". Jawabannya tanyakanlah pada gaya hidupmu sendiri. 


Orang yang jarang terlihat bersosialisasi dan kongkow dengan teman bukanlah orang yang kuper. Kehidupan tak selalu memberikan kita waktu untuk sering-sering temu kangen dengan teman-teman. Siapa tahu teman-teman kuliahnya semasa dulu kebanyakan orang luar kota atau teman-teman sekolahnya sudah berpencar mengejar tujuan hidup mereka masing-masing. Setiap orang punya jalan kehidupannya sendiri, di saat kita dewasa dan dihadapkan dengan pernikahan, hidup kita akan dihabiskan hampir 80% dengan keluarga kita masing-masing. Ada yang sangat terbelenggu dan ada yang masih longgar tergantung keadaan rumah tangganya. Kehidupan pernikahan dan masa-masa single tidaklah sama. Kita harus paham betul konsep itu. Karena setiap manusia ada saatnya harus naik ke jenjang kehidupan yang lebih tinggi lagi. Mana bisa kita memaksa? Tapi bukan berarti semua jadi dibuat sulit. Zaman sudah canggih, "say hello" bisa tetap dilakukan lewat berbagai aplikasi gadget. Kita tetap bisa chat mereka, lihat aktivitas mereka lewat akun medsos mereka, dan tetap keep in touch dengan mereka. Bersyukurlah untuk kalian yang masih bisa sering bertemu dengan teman dan sahabat kalian karena masih satu kota.


Jarang mengobrol dan sharing dengan orang lain secara langsung bukan berarti minim informasi, tidak berpikiran terbuka dan tidak pernah belajar. Saat ini informasi bisa dengan mudah ditemukan dari berbagai sumber. Bisa googling, membaca buku atau berkomunikasi dengan teman lewat medsos dan chatting, semua yang ditanyakan keluar jawabannya. Terkadang tak perlu kenal tokoh-tokoh besar secara langsung untuk tahu pengalaman dan pemikiran-pemikirannya. Cukup dengan membaca buku biografinya dan ambil pelajaran dari pengalaman hidup yang ia tuliskan lewat bukunya. Belajar juga bisa dengan menonton film & drama, membaca kisah - kisah para nabi di dalam Qur'an dan Hadits, membaca novel ataupun blog-blog orang yang menginspirasi. Karena pengalaman tak selalu harus kita rasakan secara langsung. Lewat curhatan orang lain dan lewat kejadian yang menimpa orang lain, kita masih bisa belajar dan mengambil hikmah. Banyak orang dikaruniai kemampuan analisa yang baik terhadap suatu permasalahan sekalipun ia belum pernah merasakannya secara langsung. Melihat kejadian buruk yang terjadi pada orang terdekat atau orang lain yang kita tahu, mana mungkin kita juga mau berada di posisi orang itu dan mengalaminya. Sudah secara refleks, kita sebagai manusia lebih senang disayangi dan dihargai daripada disakiti. Dan kita belajar untuk tidak menyakiti orang lain karena disakiti itu rasanya tidak mengenakkan.


Orang yang jarang bersosialisasi, belanja, dan liburan itu bukanlah orang yang tidak bahagia. Bahagia bisa kita dapatkan bahkan hanya dari hal-hal yang sepele. Seperti bertemu orang yang baik dalam keadaan sengaja atau tidak sengaja, orang yang punya tata krama, sopan santun dan cara bicara yang baik, tidak menyakitkan, saat dalam keadaan susah masih ada yang mau menolong walau tidak saling kenal, membuat hati terasa hangat, ternyata masih ada orang sebaik ini yang peduli. Kemudian mempunyai suami yang pengertian, penuh cinta kasih, bertanggung jawab terhadap keluarga, pekerja keras dan sigap menjadi tameng keluarga. Anak yang lucu, penurut, soleh dan solehah yang menjadi penghibur hati orang tuanya. Menonton film dan drama sambil berleyeh-leyeh di kamar. Baca novel dan komik kesukaan. Main game favorit. Makan makanan enak. Melakukan hobi, menulis, menggambar, memasak, berkebun dll yang bahkan bisa mendatangkan rizki. Menghormati orang tua dan selalu meletakkan senyum diatas wajah mereka. Memperbaiki ibadah kita, karena mencari amal pahala tidaklah serumit yang dibayangkan. Hidup jujur dan berintegritas (punya prinsip dalam hidup).  Itu hal-hal sepele yang jarang sekali kita sadari dan syukuri. 


 ---------------------------------------------------------------------------------------


Pada akhirnya manusia itu sendiri adalah makhluk hidup yang menempati satu tempat yang sama yaitu bumi, sehingga harus sama-sama saling, saling berbagi, saling menghormati, saling mengerti. Kalau kita bersikap superior merasa paling berkuasa, paling benar, paling bisa, paling merasa lebih atas segala sesuatu dan merendahkan yang lainnya, bukankah itu artinya kita tidak memanusiakan manusia? Dimana sisi manusiawinya? Di saat hewan saja yang tak punya akal, punya insting melindungi dan menghargai sesamanya. Masa kita yang punya akal tidak bisa? 


Hidup bukan sekedar menjadi yang paling benar, sudah merasa sempurna. Tapi bagaimana kita bisa terus belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik. Karena tak ada manusia yang sempurna. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka dari itu kita belajar untuk memahami satu sama lain. Karena hidup seseorang seperti itu, bisa bermacam-macam interpretasinya, dan bukan berarti..........................mutlak seperti yang kau pikirkan.