Senin, 31 Oktober 2011

My Precious



Dulu waktu kecil permasalahan gue paling berat hanya masalah PR, soal matematika atau masalah pertemanan. Karena fase hidup manusia itu sistematis (lahir, bayi, TK, SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, married, punya anak, punya cucu lalu meninggal) gue yang baru melewati fase kerja ini ternyata baru menyadari kalo pencarian jati diri gue baru dimulai di umur 22 tahun ini. Bukan seperti yang orang-orang bilang masa-masa SMA adalah masa pencarian jati diri. Bagi gue hal itu sungguh nggak berlaku saking lurusnya jalan hidup gue. Dari kecil masalah yang gue punya hanya seputaran sekolah dan pertemanan. Berhubung pacaran pun belom pernah sama sekali (sadiiis T_T). Alhasil gue tumbuh menjadi anak yang sangat minim pengalaman. Barulah setelah masuk dunia kerja gue mulai merasakan proses pendewasaan itu. Berpikir jauh untuk masa depan, berpikir untuk urusan akhirat, berpikir untuk mencoba berteman dengan berbagai orang, berpikir tentang perasaan orang, berpikir tentang masalah orang dewasa. God...speechless gue pengen balik lagi aja dah jadi anak kecil. 


Tapi ada satu hal yang luput dari perhatian gue yaitu kenapa baru sekarang gue sadar kalo gue itu beruntung. Allah kasih gue Orang tua yang baik...perfecto. Gue lahir di keluarga ini bukan di keluarga itu (halah), gue bersyukur. Entah berapa banyak jasa Mama Papa gue buat bikin gue jadi orang yang bener. Dari kecil gue disekolahin, dikasih pendidikan agama yang cukup (manggil guru ngaji tiap minggu bahkan sampai sekarang) belajar Qur'an Hadist dan pelajaran bekal untuk akhirat lengkap, diberi fasilitas apapun yang gue minta (minta motor langsung dibeliin, minta komputer lengkap langsung dibeliin, minta laptop, minta kamera digital DSLR Canon EOS 450D) bahkan yang terakhir sampai detik ini gue minta :

  • Gue minta dianterin setiap gue mau ngasih lamaran ke perusahaan manapun dan sejauh apapun.
  • Gue minta ditungguin setiap kali gue interview. Bahkan walaupun sampe 3 jam lamanya gue interview tetep setia Mama Papa nungguin.
  • Saat gue masih kerja, gue minta dianter jemput tiap hari kalo mau pulang atau pergi.
  • Saat gue lagi ngidam makan sate, Papa tiba-tiba pulang kantor langsung beli sate.
  • Saat gue mau jajan magnum atau frestea honey kesukaan gue, mereka selalu inget dan beliin gue.
  • Saat gue mau makan baso yang lewat depan rumah, Mama langsung lari beliin buat gue.

Astagfirullah banyak banget permintaan gue, gimana gue bayarnya ya? Dari segi finansial gue belum mapan, dari segi prestasi gue juga biasa aja biarpun dulu lulus kuliah dengan IPK 3,74. Satu hal yang bisa gue simpulin adalah bahwa orang yang tulus mencintai kita itu hanya Orang tua, hanya memberi tak harap kembali (ini kok kaya lagu?). Mungkin gue cuma bisa bilang kalo gue cukup bersyukur aja jadi diri sendiri, berusaha jadi anak yang baik, doa pada Allah dan biar Allah yang balas jasa mereka dengan kebahagiaan abadi di akhirat karena kondisi gue di dunia yang mungkin tidak sepenuhnya bisa membalas jasa mereka. Dan dari semua itu, saat ini gue berjanji akan menjadi lebih baik dengan tetap menjadi diri sendiri. Dengan sungguh-sungguh gue akan berusaha mendapatkan SURGA untuk mereka (tolong catet ya malaikat) agar bisa berkumpul lagi di kebahagiaan yang sesungguhnya. Tolooong sekali yah ya Allah tetap jaga diriku di jalan yang benar... soalnya mereka adalah MY PRECIOUS ^^

2 komentar:

  1. pengorbanan ibubapa tak mampu terbalas. sebagai anak, kita perlu menghormati mereka, menyayangi mereka dan menjaga mereka sebagaimana mereka juga menjaga dan mengasihi kita. ;)


    Semoga Allah s.w.t merahmati hidup kita. ;)

    BalasHapus