Rabu, 27 Desember 2017

Grow Up


Lahir - Bayi - Anak-Anak - Remaja - Dewasa - Tua - Mati
Begitulah siklus alamiah manusia yang gue tahu sejak kecil. Ah gue pikir mudah saja melewatinya. Asalkan gue bisa tetap ada di jalur aman, mengikuti semua rangkaian kegiatan yang sudah ortu siapkan buat gue, semua pasti baik-baik aja. Lantas gue baru sadar semenjak mulai masuk kuliah. Ada sesuatu yang berubah dan nggak bisa gue sangkal. Tadinya gue hidup sangat teratur, pagi bangun, mandi, sarapan, ke sekolah, belajar, pulang, nonton anime, ngerjain PR, baca komik, makan, tidur, dan ditambah ibadah disela-sela kegiatannya. Gue menjalaninya sukses sampai SMA tanpa masalah yang berarti, mungkin yang paling njelimet bagi gue adalah harus belajar Matematika, PR dan ujian doang wkwkwkwk...
Tapi saat masuk kuliah, gue serasa hewan yang dipelihara dengan baik oleh majikan terus dilepas ke alam liar. Kuliah ngga belajar dari pagi sampe jam 12 doang, tapi jadwalnya menclok-menclok kayak burung merpati...eaaaa. Mulai deh kudu komitmen mengatur jadwal dengan baik dan mengisi jadwal kosong dengan kegiatan yang entahlah mesti ngapain. Kalo dapet kuliah sore duuuh mestinya jam segitu gue dah dirumah leyeh-leyeh nonton anime. Berusaha bersosialisasi dengan teman yang punya kosan, kalo ngga begitu ya sulit gue dapet tempat nebeng berteduh selama jadwal kosong. Mungkin bisa kaga survive haha...secara kampus gue di daerah Dago, rumah gue di Kopo. Alamak bikin pusing pala berbi mikirin jarak tempuhnya.
Perubahan terbesar yang gue pelajari dari kuliah itu adalah dimulainya sosialisasi dengan area yang lebih luas. Kadang berteman nggak cuma sama teman sekelas aja, tapi sama teman di kelas lain yang kebetulan punya kosan yang bisa ditebengin eaaaa...ada maunya, terus sama senior juga, sama teman-teman satu klub, atau senior yang tiba-tiba masuk kelas lo karena nggak lulus di mata kuliah itu sebelumnya, atau teman-teman dari jurusan dan fakultas beda yang sok kenal, atau bahkan ngeceng lo (pede amat wkwk). Pokoknya macem-macem orang dengan watak dan latar belakang (suku, agama, ras) yang berbeda juga. Gue kayaknya nggak bisa cuman punya satu teman baik aja kayak yang udah-udah di sekolah dulu.
Di sini gue mulai kenal dengan berbagai macam orang. Makin dewasa gue makin ingin dijauhkan dari orang yang membawa dampak negatif buat gue. Secara gue mah gitu orangnya, kalo ada yang mengganggu apalagi nggak bawa manfaat apa-apa buat gue ya gue cut seperti membuang hama dari tanaman agar bisa tetap tumbuh dengan baik. Gue juga berdoa dan berusaha untuk tidak tersakiti, menjadi lebih sensitif juga berhati-hati dalam bertindak. Karena di masa-masa jarambah ini, kadang candaan kita bisa jadi serius untuk orang lain. Aaah sereeeem...dan saat itu gue jadi semakin merasa bahwa betapa berharganya masa kecil gue, hidup tanpa beban dan pikiran, semua-semua di cover ortu. Tapi gue udah nggak bisa balik lagi ke masa itu dan nggak ada juga mesin waktu untuk kembali memperbaiki semuanya. Gue harus menghadapi semuanyaaaaa...
Asal lo tau yah, gue paling benci sama artis cilik yang dipaksa gede, main shitnetron cinta-cintaan, sok gaul, sok dewasa dengan segudang penderitaannya menghadapi pemeran antagonis yang lebih mirip pelaku kriminal (karena ada aja kejahatannya yang ditampilin dan malah lebih ke arah kriminalitas). Jangan ditiru yah! Bahkan anak bau kencur sekarang lebih mentingin pacaran ketimbang sekolah. Tau darimana coba kalo bukan dari shitnetron?? Ya walaupun dulu gue juga udah tau cinta monyet karena nonton kisah cinta Usagi dan Mamoru (smirk). Tapi anak jaman dulu nggak seberani sekarang (membela diri), eh tapi beneran lho (iya deeeeh) wkwkwk..
Mungkin karena jaman dulu beda dengan jaman sekarang kali ya. Dulu gue ngerasa masa kecil gue sangat indah walau pulang sekolah harus ngerjain PR, tapi gue bisa baca komik, nonton anime dan main Playstation (rutinitas ini aja udah cukup bikin gue happy maksimal). Saat itu juga gue bersumpah "nggak akan membiarkan masa kecil anak gue sia-sia dan dia juga harus tau senangnya menjadi anak-anak". Karena dunia tidaklah konstan. Coba tunjuk satu hal yang abadi dan tidak akan pernah berubah di dunia ini, the answer is NOTHING. Semua pasti berubah, even diri lo sendiri juga berubah kok, yang tadinya alay berisik kalo bareng teman-teman, sekarang jaim, pencitraan depan mertua wkwk..
Semua memang berubah, tapi berubah ke arah baik atau buruk nantinya bisa dipengaruhi masa kecil juga. Satu hal yang benar-benar gue garis bawahi sampai sekarang adalah, "jangan pernah anggap remeh masa kecil seseorang". Kalimat itu bakal jadi acuan gue kalo gue punya anak nanti. Gue nggak mau ngadepin kelakuan miris anak gue saat dia besar, makanya gue bela-belain belajar parenting walau belum punya beibeh juga (aih wanita idaman lelaki). Kenapa sih nggak boleh anggap remeh masa kecil seseorang? kalo makan roti juga biasa aja remeh-remehnya banyak jatohan, kan tinggal di sapu (itu remaaaaaah woyyy). Ya soalnya Adolf Hitler dan Mao Tse Tung juga punya dendam masa kecil makanya gedenya jadi pembunuh massal, mau anak lo begitu haaah?!?!?! (engga...ampun bang ampun).  
Gue jadi inget sama film 13 Going On 30, gimana Jenna Rink (Jennifer Garner) mengalami kejadian tidak enak di masa kecil, di bully sama geng cewek populer saat ultahnya yang ke 13, lalu dia make a wish supaya bisa melewati masa remajanya yang dipikirnya tidak menyenangkan. Dan ketika terbangun dia udah menjadi wanita berumur 30 tahun dengan segudang permasalahannya. Akhirnya udah pasti dia pengen kembali ke umur 13 dan memperbaiki semuanya.   


Pic source from Google

Sayangnya dalam film ini Jenna Rink bisa balik lagi ke umur 13 tahun dan memperbaiki semuanya. Ouw meeen, it's so impossible happen in a real life, unless you have a time machine. Gyah yang pasti syukuri saja hidup ini apapun bentuknya, that's the important thing. Karena sekalipun lo dilahirkan dengan background keluarga bermasalah dan segudang pengalaman buruknya, masa depan lo masih tetap bersih (nah tuh). Apalagi gue yang dilahirkan dalam keadaan serba nyaman seperti yang gue gambarin di atas, ya kan? (jleeebb self reminder), yeah gue harusnya bisa lebih bersyukur.
Pada akhirnya ada sebuah quotes yang cucok bingit untuk kita para life survivorDon't cry over the past, it's gone. Don't stress about the future, it hasn't arrived. Live in the present and make it beautiful . Karena hari esok, hari inilah yang menentukan :) 
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar